Laman

Friday 27 May 2016

Curuk Drimas Sapuran

Tempat Mandi Para Bidadari Dari Khayangan
Dieng sudah penuh itu yang disadari oleh Warga dusun garungan desa karangsari Sapuran, melihat peluang itu warga yang mulai menyadari potensi desanya. mereka mulai bergerak untuk melakukan maping” area desa dan menggali potensi alam desa yang menyimpan  sejuta pesona. Idenya adalah menjadikan Karangsari sebagai wisata alternatif selain Dieng dengan objek wisata Air terjun bertingkat yang mempesona,  upaya pembangunan akses jalan pun mulai di digarap.



Harum Khas bunga kopi dan pemandangan lebatnya hijau dedaunan  mengiringi perjalanan menuju curuk drimas di dusun garungan desa karangsari Sapuran. Dipandu beberapa warga desa yang  salah satunya  adalah ketua Pokdarwis desa karangsari kami menapaki jalanan yang belum selesai dibuka, sesekali kami berpapasan dengan warga dusun  dan saling menyapa, sapaan hangat dengan senyum tulus khas warga pedesaan melengkapi perjalanan kami menuju air terjun yang akan dijadikan wisata andalan Desa karangsari.
Kurang lebih 15 menit perjalanan sayup-sayup kami mendengar gemuruh air terjun  yang jatuh menghantam bumi, tak terasa kaki melangkah cepat mengharap ada sekumpulan bidadari yang sedang mandi dilokasi air terjun layaknya cerita legenda jaka tarup.
Ternyata lokasi pertama bukanlah akhir tujuan, air terjun dihadapan kami memang sangat eksotis. Air yang jatuh dari ketinggian sekitar 60 meter ini menyebabkan percikan halus butiran air yang menyerupai kabut disekitar air terjun, garis warna pelangi menyemburat takkala sinar matahari menyinarinya. Air Terjun Siglotok, begitulah warga desa karangsari menyebutnya.
Dua puluh menit tak terasa, lebatnya hijau daun dan suara alam yang menawan memaku kesadaran sehingga kami seakan berada di tengah rimba raya. Padahal, lokasi ini hanya sekitar lima kilometer sebelah selatan dari alun-alun ibukota kecamatan sapuran.
Puas dengan pemandangan air terjun siglotok, pemandu kami mengajak untuk meneruskan perjalanan menuju arah barat. Perlu diketahui bahwa perjalan ini ditempuh dengan hanya berjalan kaki saja karena akses jalannya baru mulai dikerjakan oleh warga desa secara gotong royong dan bergiliran sesuai dengan kelompok yang sudah di bentuk untuk membuka akses jalan yang lebih mudah sehinga kedepannya wisatawan dapat menuju lokasi dengan nyaman.
Berbagai jenis tanaman yang konon sudah ada semenjak ratusan tahun yang lalu  diperkenalkan oleh pemandu kami, bau tajam buah durian dan nangka mengiringi langkah kami menyisir aliran sungai kearah barat. Belum habis kami terkagum kagum dengan suasana perjalanan ini saya dikejutkan oleh sekumpulan warga yang sedang mandi dijernihnya air sendang dihadapn kami.
Tanpa sadar tangan meraih kamera dan membidikkan lensa kearah pemandangan sendang yang luar biasa, jepretan demi jepretan kamera terus saja saya lakukan  seakan sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja momen panorama ini.
Kembali melangkahkan kaki menuju air terjun bidadari, perjalanan mulai terasa berat karena jalan dihadapan kami mulai menanjak. Setapak demi setapak tak terasa, entah sudah berapa ratus meter telah terlewati, keringat yang menetes bercucuran bahkan tak terasa, terkalahkan oleh indahnya suasana perjalanan dan bayangan indahnya air terjun Drimas yang konon merupakan tempat mandi para bidadari.
Gemericik air yang semakin keras dan bau embun air yang semakin kuat mengisyaratkan bahwa tujuan kami semakin dekat, tiba tiba langkah kaki yang tadinya berasa berat menjadi sangat ringan.
Bang ubiy, pemandu kami dari jauh didepan menujukkan tangan kearah kabut tipis butiran air terjun. Semua perjuangan ini tidak sia-sia karena apa yang telah dikabarkan tentang air terjun bidadari bukanlah cerita yang dilebih-lebihkan, pemandangannya bahkan lebih bagus dari pada apa yang telah digambarkan. “memang pantas apabila para bidadari bisa kepincut untuk mandi disini, karena setiap pagi saat matahari cerah akan muncul pelangi yang berwarna-warni sebagai pertanda bidadari utuk turun mandi” batin dan harap saya.
 “ Dulu kakek buyut saya menceritakan, bila setiap pagi cerah, saat mencangkul sering melihat pelangi dan suara air yang seakan sedang di tepuk-tepuk layaknya orang mandi dengan suara suka cita.” Cerita Daryono warga yang mendampingi saya dalam perjalanan ini.  
Memang menakjubkan pemandangan air terjun yanga ada di sini, dengan keindahan alam dan pepohonan yang masih lebat juga suasana alami hutan. kelalahan yang saya dapat dalam perjalanan terbayar lunas. 
Tak puas rasanya bila hanya mengambil gambar sekali jepretan saja, mungkin tanpa terasa sudah ratusan kali tangan ini mengabadikan suasana Air Terjun Drimas ini, bahkan saya lihat beberapa pengunjung yang sudah ada sejak pagi melakukan jepretan selfi mereka bekali kali seakan tidak puas hanya dengan beberapa pose dan latar.
Saya membayangkan apabila beberapa air terjun yang mempunyai cerita tempat mandi  bidadari ini dapat dikelola menjadi daerah Pariwisata Alam untuk Dusun Garungan Desa Karangsari, Sapuran. Begitu indahnya alam di Indonesia, saya bangga!
Semangat warga desa karangsari memang tinggi dalam mewujudkan keinginan untuk menjadikan daerah desanya menjadi salah satu tujun wisata di kabupaten wonosobo, hal ini terlihat dari antusias warganya dalam membuka akses jalan agar bisa lebih mudah untuk dilalui dan membuka area parkir bagi pengunjung. Karangsari berbenah, segala sarana pendukung pariwisata alam dibuat dan promosi aset wisata terus dikembangkan guna menarik para wisatawan.
Hari mulai beranajak siang, air terjun drimas masih saja mempesona, saya dan rombongan di ajak berjalan lagi melihat keindahan air terjun atau Curuk lain,  yaitu Curuk Kembar.
Jalan kali ini menurun dan ringan, sambil menceritakan berbagai pesona alam yang ada di daerah ini pemandu kami berjalan mengikuti jalan setapak. Saya memahami dan memang benar alam yang indah ini amat sayang bila tidak dikelola dengan baik sebagai Wisata alam dan menjadi aset desa.
Beberapa menit setelah melalui jalan setapak tak kalah kagumnya saya melihat keindahan air terjun lainnya di kawasan ini, Air terjun atau warga lebih mengenalnya sebagai curuk ini selanjutnya diberi  nama Curuk Kembar atau air terjun Si Kembar yang airnya mengalir dari ketinggian sekitar 50 meter dan menjadi dua bagian aliran yang sama. Jepretan kamerapun mulai beraksi mengabadikan suasana air terjun ini.
Menikmati aliran air terjun sikembar ini merupakan tujuan akhir perjalanan saya mengunjungi Wisata air terjun atau curuk yang ada di Kawasan Desa Karangsari Sapuran. 
kembali ke Dusun Garungan, beberap menit perjalanan kaki ini sesampai di Dusun yang berada di puncak bukit, disambut dengan ramah warga dusun, bahkan saat mampir disalah satu rumah warga rombongan disuguhi makan siang ala dusun yang tidak kalah nikmat dengan restorant dikota manapun. Nasi putih hangat, lauk khas tempe kemul serta sayur rebung khas Dusun Garungan, Desa Karangsari, Sapuran Wonosobo menjadi lebih maKnyus.

8 jam serasa kurang saat kami menikmati suasana alam dan keindahan Air Terjun atau Curuk Glotok, Sendang, Curuk Kembar dan yang lebih mengesan Curuk Drimas atau Air Terjun Bidadari ini. Sore mulai merangkak, saya mohon pamit kepada warga dan berterima kasih atas keramahan warga desa karangsari, berjalan menuju Kota Wonosobo dengan membawa berjuta kenangan wisata alam desa karangsari. Keindahan alam ini merupakan kekayaan dan aset Pariwisata di Kabupaten Wonosobo yang harus dijaga serta dipelihara sehingga menambah daya Tarik dunia wisata. Red.Tawon/Bedenx


Tak Usah Jauh-jauh ke Amerika Serikat hanya untuk menyaksikan bendungan Grand Coule



No comments:

Post a Comment